Rabu, 07 Desember 2011

Bolehkah Pustakawan Marah???

Judul di atas dibuat karena kejadian yang saya alami beberapa hari ini. Kejadian ini saya alami pada waktu saya menjalankan tugas sebagai seorang pustakawan. Kejadian tersebut yang membuat saya tulisan ini versi seorang pustakawan, ceritanya begini: beberapa hari ini memang perpustakaan sangat padat pengunjung karena mahasiswa sedang ujian tengah semester (UTS). Dengan ramainya pengunjung otomatis membuat perpustakaan ama sangat berisik (melebihi pasar malem, lebai.com), hal itu juga berefek samping dengan jumlah buku yang berantakan. Yang mebuat saya semakin geregetan adalah waktu saya shelving koleksi referensi yang merupakan tugas saya setiap hari menjelang tutup layanan. Koleksi referensi berantakan seperti kapal pecah terutama koleksi kitab tafsir dan hadits, dua rak penuh buku tersebar dimana-mana dan berantakan. Saya berpikir apakah ini merupakan efek dari layanan yang open acces?? Atau apakah pemustaka tidak tahu cara mencari koleksi referensi?? Apakah para pemustaka  tahu kalau beban kerja pustakawan disini sudah overload???
Dengan kejadian di atas bolehkan kita sebagai pustakawan marah kepada pemustaka??? Mungkin orang lain akan memberi masukan ditegur aja pemustaka, bagaimana mau menegur kalau waktu shelving pemustakanya sudah ndak ada..

1 komentar: