Farook Dauzan Pejuang Perpustakaan
(1925 – 2007)
Dauzan Farook lahir tahun 1925 di Kampung Kauman
Yogyakarta. Ayah dari delapan putra ini termasuk pribumi yang
mujur. Jenjang pendidikannya berkesempatan menuntut ilmu disekolah Belanda.
Pertama di Holands Inlandsche School (FIIS), setingkat SD. Lantas beliau
melanjutkan ke Meerl Jitgebreit Lngeronderwijs (MULo) setingkat SMP.
Selanjutnya beliau meneruskan pendidikannya ke Alegemen Middlebare School
(AMS), setingkat SMA. Beliau juga sempat mengenyam bangku kuliah di Universitrs
Gajah Mada (UGM), jurusan Sastra Timur
yang ruang belajarnya di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Tetapi beliau
kemudian drocp out (DO) karena harus
ikut mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan Rl dari penjajah. Karenanya, beliau
kerap menyebut dirinya sebagai DRS,
alias durung rampung le sekolah (belurn selesai sekolah), sebagai satiran atas
jenjang pendidikan kuliah yang tak sempat dituntaskannya.
Kecintaanya
terhadap buku bermula sejak kecil, ketika beliau sering membantu ayahnya H Muhammad Bajuri. Semasa itu beliau menjadi
pengelola Taman Pustaka Muhammadiyah atau perpustakaan Muhammadiyah. Saat
perang kemerdekaan Dauzan remaja bergabung dengan para gerilyawan dalam pasukan
sublfiehrkrelse (SWK) 101. Beliau terlibat kontak fisik di dalam penyerbuan gudang
senjata Jepang di Kota Baru pada 6 Juli 1945 dan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Pada tahun 1975, beliau keluar dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Letnan
Dua. Lalu, beliau melanjutkan usaha batik orang tuanya pada tahun 1975. Usaha
batik yang ditekuninnya tidak begitu lama untuk kemudian memutuskan berhenti
dari bisnis tersebut. Karena saat itu bisnis batik di Yogyakarta tengah
terpuruk. Beliau lantas menjadi pedagang emas, sekaligus menjadi distributor
buku.
Tahun
1989 beliau mulai mendapat uang pensiunan sebesar Rp.500.000,- per bulan. Pendapatan tersebut justru membebaninya. Ia seperti
mendapat suatu amanat yang besar untuk melaksanakan sebuah tugas dengan
sebaik-baiknya demi kemaslahatan umat dan kemajuan negara. Uang itu dihabiskan
untuk membeli buku di shopping center,
pusat penjualan buku bekas di Yogyakarta, tepatnya di sebelah selatan pasar
Beringharjo. Sejak itulah beliau mulai merintis mendirikan perpustakaan dengan
meminjamkan buku secara gratis.
Sebenarnya
pada masa Belanda, yaitu tahun 1940 sebelum RI merdeka penjajah telah mempunyai tempat penyimpanan buku. Akan
tetapi hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu, yaitu Meneer dan Noni, juga sebagian orang
pribumi (golongan priyayi). Di tempat itu, semua koleksinya berbahasa Belanda
dan isi buku yang disimpan tidak sesuai dengan budaya Timur. Dari sinilah
kemudian Mbah Dauzan terinspirasi untuk mengumpulkan buku dan meminjamkanya
dengan gratis pada masyarakat, teristimewa mereka yang kekurangan bahan bacaan
dan tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak.
Sejak tahun 1993, ia mulai membuka Perpustakaan
Mabulir (Majalah Buku Bergilir). Sejak berdirinya hingga saat ini, Mabulir
menempati rumah Mbah Dauzan di kawasan Kauman Jogja, persis sebelah barat
Masjid Agung Kraton Jogja (Kauman GM I/328 telp. 0274-387337, Yogyakarta).
Rumah tua berinterior joglo warisan orangtuanya ini sudah penuh sesak dengan
buku dan bahan-bahan bacaan lainnya dari depan hingga belakang, tidak
terkecuali kamar Mbah Dauzan. Tidak heran jika untuk sementara waktu Mabulir
tidak memberikan pelayanan membaca ditempat.
Dengan
sistem multi-level reading, ia
berharap buku yang dipinjamkan dapat
dibaca banyak orang. Saat ini, jumlah kelompok bacaan yang dimilikinya mencapai
100-an buah, dengan masing-masing anggota kelompok mencapai 4-20 orang. Mbah
Dauzan dengan Mabulirnya membina puluhan kelompok baca, baik yang berada di
kota Jogja maupun sekitarnya seperti Bantul, Gunung Kidul, Muntilan, dan
Kulonprogo. Di kota Jogja, biasanya mbah Dauzan sendiri yang pro aktif
mendatangi komunitas-komunitas tertentu seperti pesantren, masjid hingga
TKA/TPA. Untuk kota-kota sekitar Jogja, biasanya sudah ada perwakilan yang
secara rutin mengirim orang untuk datang ke Mabulir guna menukar koleksi buku.
Di perpustakaan ini memang peminjam dapat memilih,
membaca, sekaligus meminjam buku untuk dibawa pulang secara bergiliran.
Semuanya tanpa dipungut biaya. “Saya tidak menarik sepeser pun dana dari
peminjam. Walaupun saya selalu defisit setiap bulan untuk membiayai operasional
perpustakaan ini,” jelasnya. Sebaliknya, peminjam hanya diwajibkan menjaga
koleksi buku-buku tersebut melalui doktrin yang ia berikan dalam label “Amanat
Umat”, yang berarti “dari umat, oleh umat, dan untuk umat”. Apabila peminjam
menghilangkan atau merusakkan buku, berarti mereka telah merugikan orang banyak
(umat). Keyakinan seperti itu terus dijaganya hingga saat ini.“Kami juga tidak
menuntut mereka untuk mengembalikan. Berdasar kesadaran, biasanya mereka
sendiri yang menggantinya dengan buku lain apabila ada yang hilang. Kalau
mereka susah mengembalikan, saya yang harus datang mengambil ke tempat tinggal
mereka,” tambahnya. Upaya mendatangi peminjam bukan saja untuk mengambil buku,
melainkan juga meminjami. Ia rela berkeliling dari satu tempat ke tempat yang
lain, dengan tujuan peminjam dapat memperoleh buku untuk dibaca. Sebagian besar
peminjam buku di Perpustakaan Mabulir adalah orang dewasa. Namun, tidak sedikit
pula anak-anak muda. Mereka umumnya remaja masjid, penghuni asrama, masyarakat
umum, hingga tukang becak sekalipun. Untuk menjaga koleksinya, mulai beberapa
tahun terakhir Perpusta kaan Mabulir tidak lagi melayani perorangan. Bagi
peminjam baru diharuskan membuat kelompok minimal lima orang. Salah satu
anggotanya akan menjadi koordinator yang nantinya akan memfasilitasi peminjaman
buku untuk anggota kelompok yang lain. Menurut dia, tidak semua kelompok akan
lulus tes. Biasanya, sebelum ditetapkan lebih jauh, ia sendiri yang akan
menguji. Dua kali berturut-turut, kelompok itu hanya akan dipinjami tabloid.
Baru, setelah keseriusannya terlihat, kelompok tersebut akan dipinjami buku.
Mabulir
memiliki perwakilan di lima kota, yaitu Jakarta, Solo, Brebes, Purworejo, dan
Magelang. Para pemilik cabang tersebut sebelumnya adalah pelanggannya. Usianya
yang semakin tua, membuatnya tidak kuat lagi membaca buku-buku yang ada. Alasan
utamanya tidak memiliki kesempatan untuk membaca buku tebal. Kalaupun ada ia
hanya membaca pengantar dan sinopsisnya saja. Ketika ditanya siapa yang akan
meneruskan perpustakaan itu, sementara tak satu pun dari delapan anaknya yang
berminat untuk meneruskan, Dauzan tercenung. “Saya hanya bisa menyebarkan ‘virus‘
untuk mengangkat minat baca masyarakat dengan sistem perpustakaan keliling.
“Entah siapa yang meneruskan, bisa siapa saja”, katanya usia sudah senja, namun
dedikasinya luar biasa.
Pengabdian
Mbah Dauzan ini memperoleh penghargaan diantara dari Rotary
CIub of Yogyakarta Malioboro (Vocational Award) tahun 2005, Paramadina Award,
IKAPI Yogyakarta sendiri secara khusus memberi gelar kepada beliau sebagai
tokoh Buku Yogyakarta. Beliau juga mendapatkan penghargaan Nugra Jasadarma
Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI tahun 2005. Dengan dikeluarkannya akta
notaries: 0l/ Latief Hanum Jaswadi, SH./08/2006, maka MABULIR resmi dipayungi
hukum menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat Perpustakaan MABULIR.
Sabtu pagi, ba’da Subuh tanggal 6 Oktober 2007 Dauzan Farouk, meninggal di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ba’da Asar ini setelah dishalatkan di Masjid
Besar Kraton Yogyakarta, Jenazah dimakamkan di Makam Pejuang 45, Gamping Sleman
Yogyakarta.
Alamat Mabuir
Jl. Kauman No. G-1/328 Yogyakarta INDONESIA 55122
telp: +62-274-387337
telp: +62-274-387337
Membaca adalah kebutuhan bagi semua orang tanpa memandang usia, ras, suku,
dan jenis kelamin. Perpustakaan Gilir Mabulir hadir secara unik dengan koleksi
keagamaan, psikologi, kesehatan, dan ilmu pengetahuan.
SYARAT KEANGGOTAAN
Minimal lima orang dengan satu orang ketua yang bertanggung jawab dalam hal peminjaman dan pengembalian buku.
Minimal lima orang dengan satu orang ketua yang bertanggung jawab dalam hal peminjaman dan pengembalian buku.
KOLEKSI BUKU
- Buku-buku agama
- Buku-buku psikologi
- Buku-buku kesehatan
- Buku-buku ilmu terapan
- Buku-buku agama
- Buku-buku psikologi
- Buku-buku kesehatan
- Buku-buku ilmu terapan
JAM BUKA
Senin-Jum'at: 09.00-16.00 WIB
Senin-Jum'at: 09.00-16.00 WIB
Sumber rujukan
1.
As’adah, Umi. 2007. Peranan Mabulir
dalam Mencerdaskan Masyarakat Kauman. Yogyakarta: Jurusan Perpustakaan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta (Skripsi)
2.
Selamat Jalan Pejuang Perpustakaan Keliling Mabulir dalam www.kangbudhi.wordpress.com di akses pada hari Kamis, 14 Oktober 2010 pukul 14.40 WIB.
3.
Pejuang Perpustakaan Indonesia dalam www.
muhammadiyah. or.id di akses pada
hari Kamis, 14 Oktober 2010 pukul 14.40 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar