Kamis, 05 Januari 2012

Farook Dauzan Pejuang Perpustakaan


Farook Dauzan Pejuang Perpustakaan
(1925 – 2007)

Dauzan Farook lahir tahun 1925 di Kampung Kauman Yogyakarta. Ayah dari delapan putra ini termasuk pribumi yang mujur. Jenjang pendidikannya berkesempatan menuntut ilmu disekolah Belanda. Pertama di Holands Inlandsche School (FIIS), setingkat SD. Lantas beliau melanjutkan ke Meerl Jitgebreit Lngeronderwijs (MULo) setingkat SMP. Selanjutnya beliau meneruskan pendidikannya ke Alegemen Middlebare School (AMS), setingkat SMA. Beliau juga sempat mengenyam bangku kuliah di Universitrs Gajah Mada (UGM), jurusan Sastra Timur  yang ruang belajarnya di Pagelaran Keraton Yogyakarta. Tetapi beliau kemudian drocp out (DO) karena harus ikut mengangkat senjata guna merebut kemerdekaan Rl dari penjajah. Karenanya, beliau kerap menyebut  dirinya sebagai DRS, alias durung rampung le sekolah (belurn selesai sekolah), sebagai satiran atas jenjang pendidikan kuliah yang tak sempat dituntaskannya.
Kecintaanya terhadap buku bermula sejak kecil, ketika beliau sering membantu ayahnya  H Muhammad Bajuri. Semasa itu beliau menjadi pengelola Taman Pustaka Muhammadiyah atau perpustakaan Muhammadiyah. Saat perang kemerdekaan Dauzan remaja bergabung dengan para gerilyawan dalam pasukan sublfiehrkrelse (SWK) 101. Beliau terlibat kontak fisik di dalam penyerbuan gudang senjata Jepang di Kota Baru pada 6 Juli 1945 dan Serangan Umum 1 Maret 1949. Pada tahun 1975, beliau keluar dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Letnan Dua. Lalu, beliau melanjutkan usaha batik orang tuanya pada tahun 1975. Usaha batik yang ditekuninnya tidak begitu lama untuk kemudian memutuskan berhenti dari bisnis tersebut. Karena saat itu bisnis batik di Yogyakarta tengah terpuruk. Beliau lantas menjadi pedagang emas, sekaligus menjadi distributor buku.
Tahun 1989 beliau mulai mendapat uang pensiunan sebesar  Rp.500.000,- per bulan. Pendapatan  tersebut justru membebaninya. Ia seperti mendapat suatu amanat yang besar untuk melaksanakan sebuah tugas dengan sebaik-baiknya demi kemaslahatan umat dan kemajuan negara. Uang itu dihabiskan untuk membeli buku di shopping center, pusat penjualan buku bekas di Yogyakarta, tepatnya di sebelah selatan pasar Beringharjo. Sejak itulah beliau mulai merintis mendirikan perpustakaan dengan meminjamkan buku secara gratis.
Sebenarnya pada masa Belanda, yaitu tahun 1940 sebelum RI merdeka penjajah telah   mempunyai tempat penyimpanan buku. Akan tetapi hanya dapat diakses oleh orang-orang tertentu, yaitu Meneer dan Noni, juga sebagian orang pribumi (golongan priyayi). Di tempat itu, semua koleksinya berbahasa Belanda dan isi buku yang disimpan tidak sesuai dengan budaya Timur. Dari sinilah kemudian Mbah Dauzan terinspirasi untuk mengumpulkan buku dan meminjamkanya dengan gratis pada masyarakat, teristimewa mereka yang kekurangan bahan bacaan dan tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak.
Sejak tahun 1993, ia mulai membuka Perpustakaan Mabulir (Majalah Buku Bergilir). Sejak berdirinya hingga saat ini, Mabulir menempati rumah Mbah Dauzan di kawasan Kauman Jogja, persis sebelah barat Masjid Agung Kraton Jogja (Kauman GM I/328 telp. 0274-387337, Yogyakarta). Rumah tua berinterior joglo warisan orangtuanya ini sudah penuh sesak dengan buku dan bahan-bahan bacaan lainnya dari depan hingga belakang, tidak terkecuali kamar Mbah Dauzan. Tidak heran jika untuk sementara waktu Mabulir tidak memberikan pelayanan membaca ditempat.
Dengan sistem multi-level reading, ia berharap buku yang  dipinjamkan dapat dibaca banyak orang. Saat ini, jumlah kelompok bacaan yang dimilikinya mencapai 100-an buah, dengan masing-masing anggota kelompok mencapai 4-20 orang. Mbah Dauzan dengan Mabulirnya membina puluhan kelompok baca, baik yang berada di kota Jogja maupun sekitarnya seperti Bantul, Gunung Kidul, Muntilan, dan Kulonprogo. Di kota Jogja, biasanya mbah Dauzan sendiri yang pro aktif mendatangi komunitas-komunitas tertentu seperti pesantren, masjid hingga TKA/TPA. Untuk kota-kota sekitar Jogja, biasanya sudah ada perwakilan yang secara rutin mengirim orang untuk datang ke Mabulir guna menukar koleksi buku.
Di perpustakaan ini memang peminjam dapat memilih, membaca, sekaligus meminjam buku untuk dibawa pulang secara bergiliran. Semuanya tanpa dipungut biaya. “Saya tidak menarik sepeser pun dana dari peminjam. Walaupun saya selalu defisit setiap bulan untuk membiayai operasional perpustakaan ini,” jelasnya. Sebaliknya, peminjam hanya diwajibkan menjaga koleksi buku-buku tersebut melalui doktrin yang ia berikan dalam label “Amanat Umat”, yang berarti “dari umat, oleh umat, dan untuk umat”. Apabila peminjam menghilangkan atau merusakkan buku, berarti mereka telah merugikan orang banyak (umat). Keyakinan seperti itu terus dijaganya hingga saat ini.“Kami juga tidak menuntut mereka untuk mengembalikan. Berdasar kesadaran, biasanya mereka sendiri yang menggantinya dengan buku lain apabila ada yang hilang. Kalau mereka susah mengembalikan, saya yang harus datang mengambil ke tempat tinggal mereka,” tambahnya. Upaya mendatangi peminjam bukan saja untuk mengambil buku, melainkan juga meminjami. Ia rela berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain, dengan tujuan peminjam dapat memperoleh buku untuk dibaca. Sebagian besar peminjam buku di Perpustakaan Mabulir adalah orang dewasa. Namun, tidak sedikit pula anak-anak muda. Mereka umumnya remaja masjid, penghuni asrama, masyarakat umum, hingga tukang becak sekalipun. Untuk menjaga koleksinya, mulai beberapa tahun terakhir Perpusta kaan Mabulir tidak lagi melayani perorangan. Bagi peminjam baru diharuskan membuat kelompok minimal lima orang. Salah satu anggotanya akan menjadi koordinator yang nantinya akan memfasilitasi peminjaman buku untuk anggota kelompok yang lain. Menurut dia, tidak semua kelompok akan lulus tes. Biasanya, sebelum ditetapkan lebih jauh, ia sendiri yang akan menguji. Dua kali berturut-turut, kelompok itu hanya akan dipinjami tabloid. Baru, setelah keseriusannya terlihat, kelompok tersebut akan dipinjami buku.
Mabulir memiliki perwakilan di lima kota, yaitu Jakarta, Solo, Brebes, Purworejo, dan Magelang. Para pemilik cabang tersebut sebelumnya adalah pelanggannya. Usianya yang semakin tua, membuatnya tidak kuat lagi membaca buku-buku yang ada. Alasan utamanya tidak memiliki kesempatan untuk membaca buku tebal. Kalaupun ada ia hanya membaca pengantar dan sinopsisnya saja. Ketika ditanya siapa yang akan meneruskan perpustakaan itu, sementara tak satu pun dari delapan anaknya yang berminat untuk meneruskan, Dauzan tercenung. “Saya hanya bisa menyebarkan ‘virus‘ untuk mengangkat minat baca masyarakat dengan sistem perpustakaan keliling. “Entah siapa yang meneruskan, bisa siapa saja”, katanya usia sudah senja, namun dedikasinya luar biasa.
Pengabdian Mbah Dauzan ini memperoleh penghargaan diantara dari Rotary CIub of Yogyakarta Malioboro (Vocational Award) tahun 2005, Paramadina Award, IKAPI Yogyakarta sendiri secara khusus memberi gelar kepada beliau sebagai tokoh Buku Yogyakarta. Beliau juga mendapatkan penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional RI tahun 2005. Dengan dikeluarkannya akta notaries: 0l/ Latief Hanum Jaswadi, SH./08/2006, maka MABULIR resmi dipayungi hukum menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat Perpustakaan MABULIR.
Sabtu pagi, ba’da Subuh tanggal 6 Oktober 2007 Dauzan Farouk, meninggal di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Ba’da Asar ini setelah dishalatkan di Masjid Besar Kraton Yogyakarta, Jenazah dimakamkan di Makam Pejuang 45, Gamping Sleman Yogyakarta.
Alamat Mabuir
Jl. Kauman No. G-1/328 Yogyakarta INDONESIA 55122
telp: +62-274-387337
Membaca adalah kebutuhan bagi semua orang tanpa memandang usia, ras, suku, dan jenis kelamin. Perpustakaan Gilir Mabulir hadir secara unik dengan koleksi keagamaan, psikologi, kesehatan, dan ilmu pengetahuan.
SYARAT KEANGGOTAAN
Minimal lima orang dengan satu orang ketua yang bertanggung jawab dalam hal peminjaman dan pengembalian buku.
KOLEKSI BUKU
- Buku-buku agama
- Buku-buku psikologi
- Buku-buku kesehatan
- Buku-buku ilmu terapan
JAM BUKA
Senin-Jum'at: 09.00-16.00 WIB


Sumber rujukan
1.       As’adah, Umi. 2007. Peranan Mabulir dalam Mencerdaskan Masyarakat Kauman. Yogyakarta: Jurusan Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Skripsi)
2.       Selamat Jalan Pejuang Perpustakaan Keliling Mabulir dalam www.kangbudhi.wordpress.com di akses pada hari Kamis, 14 Oktober 2010 pukul 14.40 WIB.
3.       Pejuang Perpustakaan Indonesia dalam www. muhammadiyah. or.id di akses pada hari Kamis, 14 Oktober 2010 pukul 14.40 WIB.
4.       http://kutubuku.,info/?p=35,  di akses pada hari Kamis, 14 Oktober 2010 pukul jam 13.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar